Nasu Cemba Kuliner Legendaris Enrekang yang Saingi Rendang dari Sumatera Barat

by -198 Views

News Enrekang– Di antara deretan kuliner nusantara yang sarat makna dan cita rasa, Nasu Cemba dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, menempati posisi istimewa. Masakan ini bukan sekadar hidangan daging berempah, melainkan wujud kearifan lokal dan warisan kuliner yang telah diwariskan turun-temurun. Seperti halnya rendang dari Sumatera Barat, Nasu Cemba juga memadukan teknik memasak tradisional dengan kekayaan bumbu lokal yang kompleks dan khas.

Jejak Kuliner dari Tanah Enrekang

Kabupaten Enrekang dikenal dengan bentang alam pegunungan yang subur dan masyarakatnya yang masih memegang kuat tradisi agraris. Di sinilah Nasu Cemba lahir—sebuah sajian istimewa yang kerap hadir dalam acara adat, perayaan keluarga, hingga upacara keagamaan. Dalam bahasa lokal, “nasu” berarti masak, sementara “cemba” merujuk pada daun cemba, bahan utama yang memberi karakter unik pada masakan ini.

Menurut Sriwinam, seorang pannasunna atau juru masak tradisional asal Enrekang yang kerap diundang untuk memasak dalam upacara adat, Nasu Cemba merupakan simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tamu.

Rahasia Daging Empuk dan Kaya Rasa

Secara tampilan, Nasu Cemba sekilas mirip rendang atau pallubasa, tetapi cara memasaknya berbeda. Daging yang digunakan umumnya daging kerbau—simbol kekuatan dan kemakmuran dalam budaya Enrekang. Namun, daging sapi juga dapat digunakan sebagai alternatif. Potongan daging seperti sengkel, iga, atau bagian perut dipilih karena teksturnya yang kenyal namun tetap mudah empuk setelah dimasak.

Bumbu halus yang menjadi dasar Nasu Cemba terdiri dari serai, jahe, bawang putih, bawang merah, kunyit, dan merica. Semua bahan ini berpadu menciptakan aroma harum yang khas. Tak berhenti di situ, kunci utama dari kenikmatan masakan ini terletak pada dua unsur: kelapa gongseng dan daun cemba.

Menikmati Nasu Cemba: Kuliner Sup Daging khas Enrekang | Palontaraq

Baca Juga: Kuliner Burak Ayam Enrekang yang Dimasak Pakai Batang Pisang Muda

Kelapa parut disangrai hingga berwarna kecokelatan dan mengeluarkan minyak alami, memberikan sensasi gurih dan legit pada masakan. “Kelapa gongseng ini sebenarnya rahasia lama orang Enrekang. Kalau ditumbuk sampai keluar minyaknya, itu baru mantap,” jelas koki gastronomi Indonesia, Ragil Imam Wibowo, yang turut hadir dalam acara tersebut.

Daun Cemba, Sang Pemberi Cita Rasa dan Tekstur

Daun cemba menjadi elemen yang membedakan Nasu Cemba dari masakan daging lainnya. Bentuknya menyerupai daun petai cina, tetapi rasanya lebih asam segar, mirip dengan kedondong muda. Ragil Imam Wibowo menjelaskan bahwa daun ini memiliki fungsi penting, bukan hanya menambah cita rasa, tetapi juga mempercepat proses empuknya daging.

Lebih dari sekadar makanan, Nasu Cemba mencerminkan filosofi hidup masyarakat Enrekang. Proses memasaknya yang sabar dan teliti menggambarkan pentingnya keselarasan antara manusia dan alam. Daun cemba yang tumbuh liar di pegunungan menjadi simbol keseimbangan dan keberlanjutan—pesan bahwa semua bahan alam memiliki fungsi jika dimanfaatkan dengan bijak.

Dalam budaya Enrekang, makanan ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Setiap kali  disajikan, biasanya disertai doa syukur sebagai ungkapan terima kasih atas hasil bumi dan kehidupan yang diberkahi.

BRIMO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.